Karakteristik Murid Tuna Cakap Belajar

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Murid Tuna Cakap Belajar
Pengertian tentang murid tuna cakap belajar nampaknya cenderung belum memasyarakat, karena istilah yang sudah lazim digunakan dalam pendidikan Indonesia adalah murid yang mengalami kesulitan belajar dengan sebutan anak “berkesulitan belajar”.
Secara esensial kedua istilah tersebut dapat dikatakan “identik”. Meskipun jika dilihat dari faktor yang menimbulkan ketunacakapan belajar cenderung lebih bersifat internal (faktor yang berasal dari dalam diri anak). Namun sama-sama menunjukkan ketidakmampuan di dalam belajar, maka istilah tersebut cenderung sama. Tuna cakap belajar (berkesulitan belajar) sebagai terjemahan dari learning disabilities.
Istilah yang digunakan untuk menyebut murid berkesulitan belajar (tuna cakap belajar) cukup beragam. Keragaman istilah ini disebabkan oleh sudut pandang ahli yang berbeda-beda, seperti dikemukakan berikut ini :
Kelompok ahli pendidikan menyebutnya dengan istilah educationally handicapped. Digunakan istilah ini karena murid-murid ditinjau mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pendidikan, sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan secara khusus sesuai dengan bentuk dan derajat kesulitannya. Layanan pendidikan khusus yang dimaksud tidak hanya berkaitan dengan kesulitan yang dihadapinya. Tetapi juga dalam strategi atau pendekatan bantuannya. (Hallahan dan Kauffman, 1991).
Dalam kegiatan pembelajaran termasuk pembelajaran mandiri selalu di jumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencapai standar kompetensi,kompetensi dasar dan penguasaan materi pembelajaran yang telah ditentukan secara garis besar kesulitan dimaksud dapat berupa kurangnya pengetahuan prasyarat, kesulitan memahami materi pembelajaran, maupun kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas latihan dan menyelesaikanmenyelesaikan soal-soal ulangan, secara khusus, kesulitan yang di jumpai peserta dapat berupa tidak di kuasainya kompetensi dasar mata pelajaran tertentu, misalnya operasi bilangan dalam matematika atau membaca dan menulis.
      Agar peserta didik dapat memecahkan kesulitan tersebut perlu adanya bantuan. Bantuan dimaksud berupa pemberian pendidikan khusus perlu di pilih strategi dan langkah-langkah yang tepat setelah terlebih dahulu diadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Jenis bimbingan yang diambil di arahkan kepada kelemahan atau ketidakmampuan pada kesulitan yang di hadapi oleh peserta didik
Agar peserta didik dapat memecahkan kesulitan tersebut perlu adanya bantuan. Bantuan dimaksud berupa pemberian pendidikan khusus perlu di pilih strategi dan langkah-langkah yang tepat setelah terlebih dahulu diadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Jenis bimbingan yang diambil di arahkan kepada kelemahan atau ketidakmampuan pada kesulitan yang di hadapi oleh peserta didik.
Betapapun pentingnya bimbingan harus di berikan kepada siswa tertentu, karena tugas utama seorang guru harus berfase pada terselengaranya proses belajar mengajar ( PBM ). Oleh karena itu sejumlah kemungkinan layanan bimbingan hanya beberapa saja yang benar berkaitan secara langsung dengan PBM, tugas lainnya merupakan kompetensi dari layanan khusus bimbingan dan layanan di sekolah.
Kegiatan layanan pendidikan khusus itu berjalan parallel dan berdampingan serta berurutan logis dengan kegiatan proses belajar mengajar

1.2 Jenis –Jenis Tuna Cakap Belajar
a.    Minimal Brain Dysfunction
Minimal brain Dysfunction adalah ketidakberfungsian minimal otak digunakan untuk merujuk suatu kondisi gangguan syaraf minimal pada murid ketidakberfungsian ini bisa termanifestasi dalam berbagai kombinasi kesulitan seperti konseptualisasi, bahasa, memori, pengendalian , perhatian, impulse(dorongan), atau fungsi motorik.
b.    Aphasia
Aphasia merujuk suatu kepada suatu kondisi dimana anak gagal mnuasi ucapan-ucapan bahasa yang bermakna pada usia sekitar 3,0 tahun. Ketidakcakapan bicara ini tidak dapat dijelaskan karena factor ketulia ,keterbelakangan mental, ganngguan organ bicara,tau factor lingkungan
a)    Receptive aphasia
·       Tidak dapat mengeidentifikasi apa yang didengar
·       Tidak mendapat melacak arah
·       Kemiskinan kosa kata
·       Tidak dapat memahami apa yang terjadi dalam gambar.
·       Tidak dapat memahami apa yang dia baca.
b)   Expressive aphasia
·       Jarang bicara di kelas
·       Kesulitan dalam melakukan peniruan.
·       Banyak pembicaraan yang tidak sejalan dengan ide.
·       Jarang menampilkan gesture (gerakan tangan )
·       Ketidakcakapan menggambar dan menulis.
c)    Inner aphasia
·       Tidak mampu melakukan asosiasi, oleh karena itu sulit berfikir abstrak
·       Memberikan respon yang tak layak atas panggilan/sahutan
·       Lamban merespon
d)   Dyslexsia
Dylexia, ketidakcakapan membaca. Adalah jenis lain gangguan belajar. Yakni anak-anak berkecerdasan normal yang mengalami kesulitan berkompitisi dengan temannya di sekolah .
Simptom umum dylesia :
·      Kelamahan orientasi kanan –kiri
·      Kecendurungan membaca kata bergerak maju mundur. Seperti “dia” dibaca “aid”.
·      Kelemahan keterampilan jari.
·      Kesulitan dalam berhitung
·      Kelmahan memori.
·      Kesulitan auditif.
·      Kelemahan memori visual.
·      Dalam membaca keras tidak mampu mengkonverisikan symbol visual ke dalam symbol auditif sejalan dengan bunyi secara benar.
e)    Kelemahan Perseptual dan perseptual-motorik
Kelemahan preseptual dan preseptual-motorik sebenarnya merujuk kepada masalah yang sama, persepsi dapat diidentifikasi tanpa mengaitkan dengan aspek motorik. Persepsi itu sendiri membedakan stimulus sensoris, yang pada gilirnnya harus diorganisasikan ke dalam pola-pola yang bermakna.

1.3 Karakteristik Anak Tuna Cakap Belajar
A.    Ditinjau Dari Sifat dan Perilaku Anak
Setiap anak atau siswa memiliki sifat dan perilaku yang berbeda-beda, adapun karakteristik anak tuna cakap belajar antara lain:
a) Memiliki kelemahan dalam berpikir dan menerima materi atau stimulus yang diberikan oleh guru.
b)   Intelegensinya dibawah rata-rata.
c)    Tidak menunjukan peningkatan prestasi.
d)   Lebih cenderung menyendiri, cuek dan pemalu
e)    Jika dihadapkan dengan sebuah pertanyaan atau soal cenderung tidak bisa menjawab atau lambat.
f)    Tidur didalam kelas
g)   Tidak aktif.
h)   Nyontek pekerjaan teman.
i)     Tidak naik kelas

B.     Karakteristik Anak Tuna Cakap Belajar Ditinjau dari Berbagai Aspek
Karakteristik tuna cakap belajar yang ditemukan pada murid kecenderungan menunjukkan kesulitan dalam hal-hal berikut.
a)    Aspek Kognitif
Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik kesulitan dalam masalah-masalah khusus seperti : kemampuan membaca, menulis, bicara, mendengarkan, berpikir dan matematis. Semuanya merupakan penekanan terhadap aspek akademik atau kognitif. Penekanan seperti ini merefleksikan keyakinan bahwa masalah murid tuna cakap belajar lebih banyak berkaitan dengan orientasi akademik dan bukan disebabkan oleh tingkat kecerdasan yang rendah
b)   Aspek Bahasa
Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik kesulitan dalam mengeksperikan diri, baik secara lisan (verbal) maupun tertulis. Dengan kata lain, murid yang mengalami tuna cakap belajar dalam aspek bahasa cenderung mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami bahasa (bahasa reseptif) serta dalam mengekspresikan diri secara verbal (bahasa ekspresif)
c)    Aspek Motorik
Masalah motorik merupakan salah satu masalah yang dikaitkan dengan murid tuna cakap belajar yang berhubungan dengan kesulitan dalam keterampilan motorik-perseptual (perceptual-motor problem), yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan meniru rancangan atau pola. Kemampuan motorik ini diperlukan untuk menggambar, menulis atau menggunakan gunting, serta sangat diperlukan koordinasi yang baik, anatara tangan dan mata, yang dalam banyak hal koordinasi tersebut kurang dimiliki murid yang mengalami tuna cakap belajar
d)   Aspek Sosial dan Emosi
Dua karakteristik yang sering diangkat sebagai karakteristik sosial emosional murid tuna cakap belajar ialah kelabilan emosional dan keimpulsif-an. Kelabilan emosional ditunjukkan oleh sering berubahnya suasana hati dan temperamen, sementara ke-impulsif-an merujuk kepada lemahnya pengendalian terhadap doronggan-dorongan tersebut

1.4 Identifikasi Ketuna-Cakapan Belajar
Prosedur identifikasi dan metode pengajaran yang di gunakan untuk murid yang tuna cakap belajar, memiliki prinsip-prinsip evaluasi sebagai berikut:
a.   Tes atau evaluasi harus di berikan dalam bahasa anak
b.   Tidak ada prosedur tunggal yang bisa digunakan untuk menentukan program pendidikan yang layak bagi anak berkesulitan belajar
c.   Evaluasi di lakukan oleh tim yang berasal dari berbagai disiplin ilmu yang meliputi, guru tetap dan ahli yang mampu mlakukan diagnostik.
d.   Kriteria untuk mnentukan ketunacakapan belajar yang khusus






BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan

            Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulakan bahwa ketunacakapan belajar pada murid dapat mempengaruhi proses belajar. Kekeliruan dalam gaya penyajian dapat menimbulkan kelambanan atau kegagalan yang dialaminya dalam belajar. Oleh karena itu guru, seyognya memahami benar faktor-faktor yang dapat menimbulkan kesulitan pada muridnya, terlebih pada murid yang mengalami tuna cakap belajar. Mereka memerlukan layanan dan metode secara khusus sesuai bentuk dan tingkat kesulitannya serta cara pemecahannya melalui strategi atau bantuan yang tepat agar mereka dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, sesuai tujuan Pendidikan Nasional.





Posting Komentar