Strategi Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan SD

BAB I
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Membaca dan Menulis permulaan
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang di tulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.
Sebagian besar kegiatan membaca sebagian besar dilakukan dari kertas. Batu atau kapur di sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan komputer dapat pula dibaca. Membaca dapat menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri maupun dibaca keras-keras. Hal ini dapat menguntungkan pendengar lain, yang juga bisa membangun konsentrasi kita sendiri.
Membaca merupakan kegiatan yang membutuhkan keseimbangan yang baik, dimulai dari mulai gerakan mata dan pemantapan pemikiran serta kemampuan untuk menerima informasi dan menelaah informasi tersebut.
Dibutuhkannya keseimbangan yang baik dan akurat agar kita mampu menerima informasi secara tepat dan mengingat informasi tersebut saat kita perlukan. Dalam membaca dibutuhkan pula kosentrasi agar kita bisa menyimpan informasi secara maksimal. Semakin sering kita membaca maka semakin baik pula kemampuan membaca kita.
Para ahli telah mendefinisikan tentang membaca dan tidak ada kriteria tertentu untuk menentukan suatu definisi yang dianggap paling besar. Menurut Hariss dan Sipay (1980;8) membaca sebagai suatu kegiatan yang memberikan respon makna secara tepat terhadap lambing verbal yang tercetak atau tertulis. Pemahaman atau makna dalam membaca lahir dari interaksi antara presepsi terhadap symbol grafis dan ketrampilan berbahasa serta pengatahuan pembaca. Dalam interaksi ini, pembaca berusaha mencipatakan kembali makna sebagaimana makna yang ingin disampaikan oleh penulis dan tulisannya.



B. Pengertian Membaca dan Menulis permulaan
Membaca-menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku di kelas 1 sekolah dasar, Membaca dan menulis permulaan merupakan menu utama. Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf.  Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambing-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambing-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambing bunyi-bunyi tersebut. Kemudian kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan ( mirip dengan kemampuan melukis atau menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna . selanjutnya dengan kemampuan dasar ini, secara perlahanlahan anak-anak digiring pada kemampuan menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambing-lambang tulis yang sudah dikuasainya. Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.

C. Metode Pembelajaran MMP
1.      Metode Eja
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai pengajaranya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alfabetis. Huruf-huruf tersebut dihafal dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad.  Sebagai contoh A/a,B/b,C/c,D/d,E/e,F/f dan seterusnya dilafalkan sebagai [a],[be],[ce],[de],[e],[ef] dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti engan latian menulis lambang, tulisan, seerti a, b, c, d, e, f dan seterusnya atau dengan huruf rangkai a, b, c, d, dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk bekenalan dengan suku kata dengan cara merangkai beberapa huruf yang sudah di kenalnya.
Misal:
b, a, d, u menjadi  b, a      → ba (dieja /be-a/ → [ba] )
                           d, u      → du ( dieja /de-u/ [du] )
                           ba-du  dilafalkan /badu/

b, u, k, u, menjadi  b, u      → bu (dieja /be-a/ → [bu] )
                            k, u      ku ( dieja /ka-u/ [ku] )
                            bu-ku  dilafalkan /buku/

Proses ini sama dengan menulis permulaan., setelah anak-anak bisa menuliskan huruf-huruf lepas, kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf yang berupa suku kata. Sebagai contoh, ambilah kata ‘badu’ tadi. Selanjutnya, anak diminta menulis seperti: ba-du → badu.
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhan. Contoh-contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekata spiral, komunikatif dan pengalaman bahasa. Artinya, pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah, akrab, familiar, dengan kehiduipan murid menuju hal-hal yang sulit dan mungkin meruipakan sesuatu yang baru bagi murid.
Kelemahan yang mendasar dari penggunaan metode eja ini meskipun murid mengenal dan hafal abjad dengan baik, namun murid tetap mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian huruf yang berupa suku kata atau kata.

2.      Metode Bunyi
Proses pembelajaran membaca permulaan dengan metode bunyi hampir sama dengan metode eja, erbedaanya terletak pada sistem pelafalan abjad atau huruf (baca : berapa huruf konsonan).
Sebagai contoh :
Huruf              /b/ dilafalkan [eb]
                        /d/ dilafalkan [ed]
                        /e/ dilafalkan [e]
                        /g/ dilafalkan [eg]
                        /p/ dilafalkan [ep]

Dengan demikian kata “nani” dieja :
                        /en-a/ → [na]
                        /en-i/ → [ni]

Proses pembelajaran membaca permulaan ini melalui proses pelatihan dan proses pertuian. Penguatan-pengguatan yang diberikan dalam melaksanakan proses pembelajaran membaca permulaan memalui metode ini, mampu membangkitkan motivasi untuk terus belajar dan berlatih.
Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar  dan proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode eja. Perbedaannya terletak hanya peda cara atau sistem pembacaan atau pelafalan abjad(huruf-hurufnya).

3.      Metode Suku Kata
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata menjadi katakata bermakna, untuk bahan ajar MMP. Kata-kata tadi misalnya :
ba – bi        cu – ci       da – da        ka – ki
ba – bu      ca – ci        du – da       ku – ku
bi – bi        ci – ca        da – du       ka – ku
ba – ca       ka – ca       du – ka       ku – da
Kegiatan tersebut dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud, seperti tampak pada contoh berikut :
ka-ki ku-da
ba-ca bu-ku
cu-ci ka-ki

Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindak lanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku-suku kata.
Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini yakni metode rangkai kupas.
Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMP dengan metode suku kata adalah :
a.    Tahap pertama, pengenlan suku-suku kata
b.    Tahap kedua perangkaian suku-suku kata menjadi kata
c.    Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana
d.   Tahap keempat, pengintregasian kegiatan perangkaian dan pengupasan (kalimat kata-kata suku-suku kata)

4.      Metode Kata
Proses pembelajaran MMP pada metode ini diawali dengan pengenalan sebuah kata tertentu. Kata ini kemudian diajdikan kata lebaga sebagai dasar untuk pengenalan suku kata dan huruf. Artinya, kata dimaksud diuraikan (dikupas) enjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya,  dilakukan perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan tadi dikembalikan lagi kebentuk asal sebagai kata lebaga (kata semula). Metode ini dikenal juga sebagai Metode Kupas-Rangkai.

5.      Metode Global
Metode Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali pada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan dibawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya.
Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar. Sebagai contoh dapat dilihat bahan ajar untuk MMP yang
menggunakan metode global.
a.    Memperkenalkan gambar dan kalimat
b.    Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata.
Contoh: Kata menjadi huruf-huruf
Ini mama
       in i    ma ma
      i-ni        ma- ma
        i–n–i            m-a – m-a


6.      Metode SAS
Merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan proses pembelajaran MMP bagi siswa pemula. Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang member makna lengkap, yakni skruktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “ kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik jika struktur nya kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajan MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri.
Untuk itu, sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) MMP yang sesungguh nya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara. Proses penguraian atau penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS meliputi :
a.    Kalimat menjadi kata-kata
b.    Kata menjadi suku-suku kata
c.    Suku kata menjadi huruf-huruf

Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau siswa
adalah metode SAS menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa metode
SAS ini dipandang baik adalah:
a.    Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umumbahwa bentuk bahasa
b.    terkecil adalah kalimat.
c.    Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
d.   Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri.

Bahan ajar untuk pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini tampak seperti berikut :
buku Dona
       buku       Dona
            bu ku            Do na
        b-u-k-u                D-o-n-a
               bu ku              Do na
                buku         Dona
buku Dona

D. Model Pembelajaran MMP
Pada bagian ini, kita akan berlatih bagaimana melaksanakan pembelajaran MMP dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan mengambil salah satu metode tertentu. Tentu saja, model ini bukanlah satu-satunya acuan yang terbaik, sebab mengajar itu adalah seni. Masing-masing orang mempunyai gaya dan seni tersendiri di dalam mengajar. Yang perlu Anda pahami di sini, bukanlah persoalan teknik dan strategi mengajar, melainkan konsep-konsep pokok langkah-langkah pembelajaran MMP yang berlandaskan pada penggunaan metode MMP tertentu.
Mengenai pemilihan metode pembelajaran MMP apa yang paling tepat digunakan oleh guru bagi pembelajar pemula tidaklah begitu penting. Guru dapat memilih metode MMP yang paling tepat dan paling cocok sesuai dengan situasi dan kondisi siswanya.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MMP ini terbagi ke dalam dua tahapan, yakni
1. Pembelaran tanpa buku,
2. Pembelajaran dengan menggunakan buku.

1. Langkah-langkah Pembelajaran MMP Tanpa Buku
Pembelajaran membaca permulaan tanpa buku berlangsung pada awal-awal anak bersekolah pada minggu-minggu pertama mereka duduk di bangku sekolah. Hal ini dapat berlangsung kira-kira 8-10 minggu. Jika memungkinkan tenggang waktu tersebut dapat dipersingkat lagi, sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Berikut ini akan disajikan salah satu model alternatif pembelajaran membaca permulaan tanpa buku. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. Sebelum KBM dilakukan sebaiknya guru mengawalinya dengan berbagai kegiatan pra-KBM yang dapat merangsang dan menggali pengalaman berbahasa anak. Percakapan-percakapan ringan antara guru dan siswa sebelum KBM dimulai merupakan langkah awal yang bagus untuk membuka pintu komunikasi. Sapaan-sapaan hangat dan berbagai pertanyaan ringan kepada mereka akan membuat siswa termotivasi untuk betah dan mau belajar di sekolah. Pilihan variasi-variasi kegiatan belajar mengajar berikut.
a.      Menunjukkan gambar
Variasi ini dilakukan dengan cara guru memperlihatkan sebuah gambar yang melukiskan sebuah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan dua anak (laki-laki dan perempuan). Hal ini dimaksudkan utnuk menarik minat dan perhatian anak.
b.      Menceritakan gambar
Guru menceritakan gambar tersebut dengan memberi nama terhadap peran-peran yang terdapat di dalam gambar. Penamaan tokoh-tokoh hendaknya menggunakan huruf-huruf yang pertama-tama hendak diperkenalkan kepada anak. GBPP dan Buku Paket dapat dijadikan acuan untuk penamaan tokoh-tokoh tersebut. Misalnya, Anda dapat menyebutkan: “mama” untuk gambar ibu, “mimi” untuk gambar anak perempuan, dan“nana” untuk gambar anak laki-laki, “bapak” untuk gambar ayah. Tema cerita dapat disesuaikan dengana tema-tema yang terdapat dalam GBPP/Kurikulum atau tema-tema yang diperkirakan menarik perhatian anak dan akrab dengan kehidupan anak.


c.       Siswa bercerita dengan bahasa sendiri
Selanjutnya, satu dua orang siswa diminta menceritakan kembali gambar tersebut dengan bahasanya sendiri.

d.      Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf (tulisan) melalui bantuan gambar
Pada fasse ini, guru mulai melepaskan gambar-gambar tadi secara terpisah dan menempelinya dengan tulisan sebagai keterangan atas gambar tadi. Sebagai contoh: dibawah gambar ibu tertera tulisan yang berbunyi, “ini mama” atau “ini ibu”(bergantung kepada pemilihan metode MMP yang Anda gunakan: Metode SAS, Metode Kata, Metode Eja, dan seterusnya).

e.       Membaca tulisan bergambar
Pada fase ini, guru mulai melakukan proses pembelajaran membaca sesuai dengan metode yang dipilihnya. Jika menggunakan Metode Eja atau Metode Bunyi pengenalan lambang tulisan akan diawali dengan pengenalan huruf-huruf melalui proses drill (teknik tubian) atau proses hafalan. Jika menggunakan Metode Global atau Metode 26

f.        Membaca tulisan tanpa gambar
Setelah proses ini dilalui, langkah selanjutnya guru secara perlahan-lahan dapat menyingkirkan gambar-gambar tadi dan siswa diupayakan untuk melihat bentuk tuliannya saja. Kegiatan ini dapat disertai dengan penyalinan bentuk tulisan di papan tulisan dan guru menyajikan wacana sederhana yang dapat memberikan keutuhan makna atau keutuhan informasi kepada anak. Misalnya, guru dapat menyajikan wacana seperti berikut. ini mama ini mimi ini nana ini mama mimi ini mama nana

g.      Memperkenalkan huruf, suku kata, kata, atau kalimat dengan bantuan kartu
Berikut ini akan disajikan berbagai alternatif pengenalan berbagai unsur bahasa melalui kartu-kartu.
1)       Memperkenalkan unsur kalimat/kata
Ini
Mama
 ....
Mama
Ini
....
....
....

2)      Memperkenalkan unsur kata/suku kata
Bola
Dona
bo
la
do
na
....
la
....
na
bo
....
do
....


3)      Memperkenalkan unsur suku kata/huruf
Ku
da
k
u
d
a
....
....
....
....
....
u
....
a

4)      Memperkenalkan unsur suku kata/huruf
ani, mina, main, amin, iman

         Demikianlah model-model alternatif pengajaran membaca permulaan tanpa buku. Anda dapat mengembangkan model lain yang lebih kratif dan menarik serta cocok dengan situasi dan kondisi murid-murid anda.
         Pengajaran menulis permulaan tanpa buku dapat dilakukan melalui pelatihan mekanik untuk melemaskan  otot-otot tangan, misalnya berlatih membuat telur atau lingkaran di udara,membuat pagar di udara, menirukan gambar huruf di udara dan sejenisnya.

2. Langkah-langkah pembelajaran MMP dengan menggunakan buku
Setelah siswa mengenal huruf melalui kegiatan membaca tanpa buku, selanjutnya anak dihadapkan pada tulisan dalam buku. Pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan membaca buku pelajaran, membaca bacaan sederhana yang dipilih guru (gunakan gambar dan kartu kata), dan membaca bacaan yang disusun siswa secara individual maupun kelompok. Pembelajaran dapat dilakukan secara integratif.
            Ada beberapa cara alternatif langkah pembelajaran MMP dengan menggunakan buku. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan awal, yakni pembelajaran MMP tanpa buku. Dengan demikian, diasumsikan siswa tidak berangkat dari kondisi nol. 
a.      Membaca buku pelajaran (buku paket)
Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut.
1)      Siswa diberi buku yang sama dan diberi kesempatan untuk melihat-lihat isi buku tersebut.
2)      Siswa diberi penjelasan singkat mengenai buku tersebut.
3)      Siswa diberi penjelasan dan petunjuk tentang bagaimana cara membuka halaman buku agar buku tetap rapi dan tidak rusak.
4)      Siswa diberi penjelasan mengenai fungsi dan kegunaan angka-angka yang menunjukkan halaman-halaman buku
5)      Siswa diajak untuk memusatkan perhatian pada salah satu teks atau bacaan yang terdapat pada halaman tertentu.
6)      Jika bacaan disertai gambar, sebaiknya guru memberikan ulasan tentang gambar tersebut.
7)      Selanjutnya, barulah pelajaran membaca dimulai. Guru dapat mengawali pembelajaran ini dengan cara yang berbeda-beda.

            Pembelajaran membaca menggunakan buku hampir sama halnya dengan pembelajaran membaca tanpa buku. Perbedaannya terletak pada alat ajarnya.hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran MMP adalah penerapan prinsip dan hakikat pembelajaran bahasa. Prinsip pengajaran bahasa yang dimaksud adalah bahwa pembelajaran bahasa fungsi utamanya sebagai alat komunikasi. Oleh sebab itu, model pembelajaran bahasa harus didasarkan pada pendekatan komunikatif-integratif.

b.      Membaca buku dan majalah anak yang sudah terpilih
Pengenalan terhadap jenis bacaan lain selain buku ajar sangat penting dalam menumbuhkan minat anak. Kita dapat menggunakan buku bacaan atau majalah yang sudah dipilih berdasarkan pertimbangan taraf kemampuan siswa, azas kebermaknaan, kemenarikan, keterbacaan, dan kemudahan. Bacaan sederhana hendaknya menjadi pilihan utama. Kosakata yang dipakai hendaknya mengandung hurufbyang sudah dikenal anak.

c.       Membaca bacaan susunan bersama guru-siswa
Langkah-langkah yang ditempuh adalah berikut.
1)      Guru memperlihatkan beberapa gambar, anak diminta untuk menyebutkan gambar tersebut.
2)      Guru juga memperlihatkan beberapa kartu yang sudah dibuat oleh guru berupa kartu huruf, kartu suku kata, atau kartu kata. Anak dimnta menempelkan kartu-kartu yang dimaksud  di bawah gambar sehingga gambar-gambar dimaksud menjadi berjudul.
3)      Satu-dua buah gambar dipilih anak untuk bahan stimulasi pemuat bacaan. Guru bertugas memberi arahan dan bimbingan, misalnya tanya jawab, diharapkan guru dan siswa dapat menyusun bacaan bersama. Pada kegiatan ini, usahakan mengajak siswa untuk membuat kalimat-kalimat, kemudian kalimat ini disusun menjadi bacaan sederhana.
Contoh:
-          Guru memperlihatkan beberapa gambar pada siswa
-          Kemudian guru menyediakan beberapa kartu, bisa menggunakan kartu huruf, kartu suku kata, maupun kartu kata.
-          Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan gambar.
-          Lalu gambar tersebut diberi judul dengan kartu tersebut dan kemudian merangkai semua kalimat yang terbentuk.
4)      Guru menyajikan gambar dengan bacaan hasil susunan bersama antara guru-siswa sebagai bahan ajar membaca permulaan.

d.      Membaca bacaan susunan siswa(kelompok perseorangan)
Pada pembelajaran ini langkah-langkah yang ditempuh pada dasarnya hampir sama dengan kegiatan membaca susunan bersama guru-siswa. Pada kegiatan ini lebih banyak melibatkan siswa. Guru berkeliling untuk mengontrol dan membimbing siswa atau kelompok siswa yang mengalami kesulitan.


3. Langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan
            Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi menjadi dua kelompok, yakni:
a.     Pengenalan huruf
            Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran membaca permulaan. Pembelajaran ini lebih ditekankan pada pengenalan bentuk tulisan serta pelafalan yang benar. Pengenalan ini berfungsi untuk melatih indra siswa dalam mengenal dan membedakan bentuk dan lambang tulisan.
            Contoh:
            Seorang guru hendak memperkenalkan huruf b, a, u, dan i. Langkah- langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut.
1)       Guru menunjukkan gamabar dua orang anak laki-laki. Gambar pertama seorang anak memakai topi bernama Badu dan gambar kedua seorang anak tidak memakai topi bernama Budi.
2)       Guru memperkenalkan nama kedua anak tersebut sambil menunjuk nama masing-masing anak yang tertera di bawah gambar.
3)       Melalui proses tanya jawab secara berulang-ulang anak diminta menunjukkan mana Budi dan mana Badu sambil menunjukkan bentuk tulisan.
4)       Selanjutnya, guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk tulisan tersebut di papan tulis dan anak-anak diminta memperhatikan.
5)       Setiap tulisan tersebut kemudian dianalisis dan disintesiskan kembali.
6)       Demikian seterusnya kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan pembelajaran membaca permulaan.
 
b.    Latihan
        Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan, seperti berikut ini.
1)      Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar. Tangan kanan berfungsi untuk menulis sedangakan tangan kiri berfungsi untuk menekan bukuagar tidak bergesar. Selain itu kita juga mengajarkan posisi duduk yang benar.
2)      Latihan gerakan tangan
        Mula-mula melatih gerakan tangan di udara dengan telunjuk sendiri atau bantuan alat seperti pensil, kemudian dilanjutakn dengan menulis di buku.
3)      Latihan mengeblat
                            Latihan ini dilakukan dengan cara menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang telah ada. Latihan ini dapat menggunakan kertas karbon, kertas tipis. Guru hendaknya mencontohkan terlebih dahulu di papan tulis.
4)      Latihan menghubungkan titik-titik yang membentuk tulisan
5)      Latihan menatap bentuk tulisan
        Latihan ini dimaksudkan untuk melatih koordinasi antara mata, ingatan, dan jari ketika menulis sehingga anak dapat mengingat bentuk kata atau bentuk huruf dalam benaknya dan memindahkan ke jari tangannya.
6)      Latihan menyalin
       Latihan ini hendaknya diberikan setelah siswa benar-benar mengenal huruf dengan baik. Menyalin tulisan memiliki bermacam variasi diantaranya menyalin tulisan apa adanya, menyalin huruf cetak ke huruf tegak bersambung atau sebaliknya.
7)      Latihan menulis halus indah
       Latihan ini dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergaris atau buku kotak. Petunjuk berharga apabila Anda tidak memiliki fasilitas seperti ini.
-            Untuk tulisan cetak, bagilah setiap baris pada halaman buku menjadi dua.
-            Untuk tulisan tegak bersambung bagilah setiap baris pada halaman buku menjadi tiga bagian.

8)      Latihan dikte/imla
       Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengkoordinasikan antara ucapan, pendengaran, ingatan, dan jari ketika menuliskan apa yang dia dengar.
9)      Latihan melengkapi tulisan yang sengaja dihilangkan
10)  Menuliskan nama-nama benda yang terdapat dalam gambar.
11)  Mengarang sederhana dengan bantuan gambar
            Langkah-langkahnya sebagai berikut
a)   Guru menunjukkan suatu susunan gambar
b)   Guru menceritakan dan bertanya jawab tentang tema, isi, dan maksud gambar
c)   Siswa diberi tugas untuk menulis karangan sederhana sesuai dengan penafsirannya mengenai gambar tadi sesuai dengan cerita guru.





  DAFTAR PUSTAKA

Sumber Internet:
....file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND.../Modul_MMP.pdf









Posting Komentar